JALURINFO.COM, BULUKUMBA,- Untuk meningkatkan kelestarian sumber daya ikan dan mendukung kesejahteraan nelayan, Bupati Bulukumba Andi Muchtar Ali Yusuf meluncurkan program inovatif yang dikenal dengan “Program 1.000 Rumpon”.

Program ini dianggap berani karena mengubah paradigma dari sekadar mengejar keuntungan ekonomi menjadi pendekatan yang menggabungkan aspek ekologi dan ekonomi.

Rumpon, atau rumah ikan, selama ini dikenal sebagai alat bantu ekstraksi sumber daya ikan yang ditempatkan jauh dari perairan Bulukumba dan di kedalaman yang sangat dalam. Praktik ini berdampak pada perubahan pola migrasi ikan pelagis, yang semakin menjauh dari perairan dangkal Bulukumba. Akibatnya, nelayan kecil kesulitan menangkap ikan dan biaya operasional mereka meningkat.

Kabid Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Bulukumba, Yusli Sandi, menyatakan bahwa program ini terlihat berani karena tidak populer di kalangan nelayan.

“Rumpon yang disukai nelayan adalah rumpon dalam dengan panjang tali sekitar 1.000-2.000 meter. Namun, jika dilihat dari aspek teknis, kebiasaan ini justru akan semakin mengurangi kelimpahan ikan di perairan Bulukumba,” ujarnya.

Menurutnya, hal inilah juga yang memicu kesalahapahaman bahwa program ini salah sasaran karena meski peruntukan rumpon ini adalah perairan dangkal namun mereka tetap memaksa untuk menempatkannya di perairan dalam seperti di Selayar dan dan perairan perairan Sulawesi Tenggara.

Padahal, katany saat penerimaan bantuan sudah disampaikan bahwa rumpon ini diperuntukan untuk Bulukumba dan mereka menandatangani Fakta Integritas.

Lebih lanjut dijelaskan bahwa ikan pelagis memiliki pola migrasi yang spesifik. Ketika banyak rumpon ditempatkan di perairan dalam (offshore), ikan pelagis cenderung bertahan di sana karena sudah tersedia makanan berupa ikan-ikan kecil.

Dampaknya, ikan pelagis seperti tuna tidak lagi mendekat ke perairan dangkal (onshore) untuk mencari makanan.

Menurut Yusli, komitmen Bupati untuk menyediakan rumah ikan di perairan pesisir adalah pola pikir yang sangat perlu diapresiasi.

“Tidak banyak pemimpin yang memiliki lompatan berpikir seperti ini. Biasanya pemimpin hanya mengikuti kebiasaan lama atau dikenal sebagai business as usual,” tambahnya.

Yusli mengakui bahwa dalam jangka pendek, penyediaan rumpon di perairan pesisir tidak langsung memberikan hasil signifikan. Rumpon atau rumah ikan terutama rumpon layang dan rumpon dasar membutuhkan waktu 3 hingga 5 tahun untuk membentuk ekosistem ikan secara alami.

Namun bukan berarti bahwa dampaknya tidak bisa dinikmati dalam waktu jangka pendek karena dalam jangka waktu 3 bulan berdasarkan pengalaman sebelumnya schooling ikan sudah mulai muncul meskipun tidak sebesar rumpon dalam.
 
Menurutnya, hanya pemimpin yang tidak memikirkan kepentingan elektoral mampu berkomitmen pada program seperti ini.

Rumpon dangkal akan membentuk ekosistem baru, menarik ikan-ikan untuk mencari makan di perairan dangkal. Nelayan nantinya tidak perlu lagi mengeluarkan biaya berlebih untuk menangkap ikan karena mereka cukup menangkap di sekitar perairan masing-masing.

Lebih detail, Yusli memberikan penjelasan terkait fungsi rumpon dangkal/rumah ikan
 
Fungsi Ekologis

  1. Pemulihan Ekosistem: Rumpon dangkal membantu dalam pemulihan ekosistem laut dengan menyediakan habitat bagi berbagai spesies ikan dan organisme laut lainnya.
  2. Pelindung Terumbu Karang: Dengan menarik ikan ke area tertentu, rumpon dapat mengurangi tekanan penangkapan ikan di sekitar terumbu karang, sehingga melindungi terumbu karang dari kerusakan.
  3. Peningkatan Keanekaragaman Hayati: Rumpon dangkal berkontribusi pada peningkatan keanekaragaman hayati laut dengan menarik berbagai jenis ikan dan biota laut lainnya untuk tinggal dan berkembang biak.

Fungsi Ekonomi

  1. Meningkatkan Hasil Tangkapan Nelayan: Dengan ikan yang berkumpul di sekitar rumpon, nelayan dapat dengan mudah menangkap ikan tanpa harus pergi jauh ke laut lepas, mengurangi biaya operasional.
  2. Sumber Pendapatan Alternatif: Rumpon juga dapat menarik wisatawan untuk kegiatan menyelam dan memancing, membuka peluang pendapatan baru bagi masyarakat pesisir.
  3. Penurunan Biaya Operasional: Dengan ikan yang berkumpul di sekitar perairan dangkal, nelayan tidak perlu mengeluarkan biaya tinggi untuk bahan bakar dan peralatan, meningkatkan efisiensi dan keuntungan.

Fungsi Sosial

  1. Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Pesisir: Dengan meningkatnya hasil tangkapan dan peluang pendapatan dari sektor pariwisata, kesejahteraan masyarakat pesisir dapat meningkat.
  2. Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan: Program ini juga dapat digunakan sebagai sarana pendidikan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian laut dan praktik perikanan yang berkelanjutan.
  3. Penguatan Komunitas Nelayan: Dengan bekerja bersama dalam pemasangan dan pemeliharaan rumpon, program ini dapat memperkuat ikatan sosial dan solidaritas di antara nelayan dan komunitas pesisir.

Program 1.000 Rumpon ini tidak lagi diarahkan ke rumpon dalam karena rumpon jenis seperti ini murni untuk kepentingan ekonomi dan berdampak buruk terhadap ekosistem laut secara keseluruhan, begitupula dampak dari rumpon dalam hanya dirasakan oleh Nelayan Besar (pemilik kapal) karena nelayan kecil tidak akan mampu berlayar di laut lepas sebagaimana nelayan kita selama ini menempatkan rumponnya.

Program ini nantinya diharapkan dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan, menggabungkan aspek ekonomi dan ekologi demi kesejahteraan masyarakat dan kelestarian lingkungan.(*)