JALURINFO.COM, MAKASSAR,- Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melontarkan opini tentang Ukraina dan konfliknya dengan Rusia, Rabu (25/9/2024) waktu setempat. Trump menggambarkan Ukraina dengan nada suram dan menyedihkan, merujuk pada rakyatnya sebagai “mati” dan negaranya sendiri sebagai “hancur”. Ia bahkan menyebut Ukraina seharusnya menyerah pada tuntutan Rusia sebelum serangan. 

Menurut Trump, Ukraina seharusnya membuat konsesi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa bulan sebelum serangan Rusia pada Februari 2022. Ia menyatakan bahwa bahkan kesepakatan terburuk akan lebih baik daripada yang mereka miliki sekarang.

Trump, yang telah lama mengkritik bantuan AS kepada Ukraina, sering mengeklaim Rusia tidak akan pernah menyerang jika dia yang menjadi presiden dan akan menghentikan perang jika kembali ke Gedung Putih. Namun, jarang sekali dia membahas konflik ini sedetail seperti yang dia lakukan kali ini.

Pernyataannya disampaikan dalam sebuah acara di Carolina Utara saat menyampaikan pidato ekonomi.

Pada Selasa, Trump memuji kemampuan militer Rusia dan pendahulunya, Uni Soviet, dengan mengatakan bahwa perang adalah “memang kerjaan mereka.”

Mantan Presiden AS dari Partai Republik ini, yang terkenal sangat peka terhadap penghinaan, memulai kecamannya terhadap Ukraina dengan menyinggung kritik baru-baru ini dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terhadap Trump dan rekan politiknya JD Vance.

Zelenskyy, yang saat ini mengunjungi AS untuk menghadiri Sidang Umum PBB, mengatakan kepada The New Yorker bahwa Vance “terlalu radikal” karena mengusulkan agar Ukraina menyerahkan wilayah yang berada di bawah kendali Rusia dan Trump “tidak benar-benar tahu bagaimana menghentikan perang meskipun dia mungkin berpikir dia tahu caranya.”

Trump menanggapi dengan mengatakan, “Ini sesuatu yang harus kita diskusikan dengan cepat karena Presiden Ukraina ada di negara kita dan dia membuat sindiran kecil yang jahat terhadap presiden favoritmu, yaitu saya.”

Trump melukiskan Ukraina sebagai negara yang sudah hancur di luar ibu kotanya, Kiev, kekurangan tentara, dan kehilangan populasi akibat kematian gegara perang serta migrasi rakyatnya ke negara-negara tetangga. Dia mempertanyakan apakah negara tersebut masih memiliki kekuatan tawar untuk bernegosiasi dalam mengakhiri perang.

“Kesepakatan apa pun, bahkan yang terburuk, akan lebih baik daripada yang kita miliki sekarang,” kata Trump. “Jika mereka membuat kesepakatan buruk, itu akan jauh lebih baik. Mereka akan menyerahkan sedikit, dan semua orang akan hidup, dan setiap bangunan akan berdiri, dan setiap menara akan bertahan selama 2.000 tahun lagi.”

“Kesepakatan apa yang bisa kita buat? Semuanya sudah hancur,” tambahnya. “Rakyatnya mati. Negaranya dalam reruntuhan.”

Zelenskyy sedang melobi Gedung Putih dengan apa yang disebutnya sebagai rencana kemenangan untuk perang, yang diperkirakan akan mencakup permintaan untuk menggunakan senjata jarak jauh dari Barat guna menyerang target-target di dalam wilayah Rusia.

Meskipun Ukraina telah melampaui banyak ekspektasi yang mengatakan bahwa mereka akan segera jatuh ke tangan Rusia, pasukan Ukraina yang kalah jumlah kini menghadapi pertempuran panjang melawan salah satu tentara terkuat di dunia. Ukraina telah kehilangan seperlima wilayahnya dan puluhan ribu nyawa dalam konflik ini.

Trump menyalahkan Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris atas konflik tersebut. Dia mengatakan Biden “memprovokasi semuanya” dengan menjanjikan bantuan untuk membantu Ukraina membela diri daripada mendorongnya untuk menyerahkan wilayah kepada Rusia.

“Biden dan Kamala membiarkan ini terjadi dengan memberi Zelenskyy uang dan amunisi seperti yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata Trump.

Secara mencolok, Trump tidak mengkritik alasan Putin meluncurkan invasi tersebut, hanya menyiratkan bahwa Putin tidak akan memulai perang itu jika Trump masih menjadi presiden. Namun, dia menyebut Putin, “Dia bukan malaikat.” (Sumber: Kompas.tv)