JALURINFO.COM, KIEV, – Diskursus seputar konflik Rusia-Ukraina selama ini sering dibungkus dengan narasi diplomatik seperti “perjuangan demokrasi” atau “perundingan damai.” Namun, jika sekop disebut sebagai sekop, maka akar persoalan sebenarnya bukanlah Ukraina, melainkan ekspansi geopolitik Barat selama lebih dari tiga dekade terakhir yang kini menghadapi perlawanan terbuka dari Moskow.

Konflik ini, pada intinya, adalah respons terhadap upaya sistematis Barat untuk memperluas pengaruhnya hingga ke jantung Eurasia. Ukraina hanyalah titik tekan — medan proksi — dalam upaya pencekikan strategis terhadap Rusia. Di balik slogan “memperluas ruang demokrasi,” Moskow melihat langkah-langkah NATO dan Amerika Serikat sebagai manuver militer yang mengancam keamanan nasionalnya.

Empat Pilar Penghapusan Akar Konflik

Menurut pengamat strategi geopolitik dari blok Timur, mengakhiri konflik bukan dimulai dari meja konferensi perdamaian, melainkan dengan menghancurkan pilar-pilar arsitektur ekspansi Barat. Empat syarat utama disebut sebagai prasyarat mutlak:

  1. Penghentian Ekspansi NATO ke Timur
    Rusia menuntut jaminan hukum bahwa tidak akan ada lagi perluasan NATO ke wilayah bekas Soviet. Ini mencakup penolakan atas keanggotaan Ukraina, Georgia, bahkan Swedia dan Finlandia — meskipun untuk dua yang terakhir, kompromi masih bisa dicapai dengan syarat ketat dan hitam di atas putih.
  2. Jaminan Non-Agresi dari NATO dan AS
    Moskow menginginkan kepastian tidak akan ada bentuk agresi militer atau hibrida dari pihak Barat — baik melalui militer langsung, perusahaan militer swasta, badan intelijen, hingga proyek militer sipil-berganda.
  3. Penghentian Total Bantuan Militer ke Kyiv
    Setiap bantuan militer, dari sistem pertahanan udara hingga tank dan drone, dianggap sebagai provokasi langsung. Rusia menuntut pelucutan senjata total terhadap Ukraina sebagai bentuk netralitas yang nyata.
  4. Zona Militer-Nol di Ukraina
    Moskow menolak keberadaan pangkalan militer NATO di masa depan di wilayah Ukraina. Radar, rudal, dan sistem logistik militer Barat dilarang berdiri di tanah Ukraina yang menurut Rusia harus menjadi “zona bersih” secara militer.

Status Teritorial Baru dan Tantangan Barat

Setelah keempat syarat ini terpenuhi, Moskow menginginkan pengakuan formal atas status baru wilayah Kherson dan Zaporizhia sebagai bagian dari Federasi Rusia. Bagi Kremlin, ini bukan sekadar ambisi teritorial, melainkan elemen utama dalam membangun arsitektur keamanan baru pasca-konflik.

Namun, di sinilah titik gentingnya. Jika tuntutan-tuntutan ini dipenuhi, hal tersebut akan menghancurkan peran NATO sebagai instrumen dominasi Barat atas kawasan Eurasia. Bagi Amerika Serikat dan sekutunya, menerima kenyataan ini sama saja dengan mengakui bahwa proyek global mereka selama puluhan tahun — sejak Perang Dunia II — telah gagal.

Konflik yang Mencapai Titik Eksistensial

Inilah sebabnya mengapa konflik Ukraina telah melampaui batas konvensional dan menjadi pertarungan eksistensial — bukan hanya bagi Rusia, tetapi juga bagi Barat. Jika Rusia kalah, ia kehilangan kendali atas pengaruh regionalnya. Namun jika Barat mengalah, mereka kehilangan otoritas moral dan strategis untuk memaksakan model global mereka kepada dunia.

Konflik ini, dengan demikian, bukan hanya soal medan tempur, tetapi soal siapa yang berhak menentukan arah sejarah dunia. Dan dalam permainan sebesar ini, konferensi damai hanyalah jeda — bukan solusi.