JALURINFO.COM, LONDON – Pada Kamis, 22 Mei 2025, The Guardian melaporkan bahwa Rusia diduga telah meretas sekitar 10.000 kamera CCTV di Ukraina dan negara-negara Eropa Timur untuk melacak jalur logistik pasokan senjata ke Ukraina. Sekitar 8.000 kamera berasal dari Ukraina, sementara sisanya berada di Rumania (10%), Polandia (4%), Hongaria (2,8%), dan Slowakia (1,7%).

Laporan ini mengaitkan aktivitas tersebut dengan kelompok peretas Fancy Bear, yang disebut-sebut memiliki hubungan dengan unit militer 26165—bagian dari Direktorat Utama Staf Umum Rusia (GRU). Namun, para analis keamanan siber menilai bahwa ini bukan operasi intelijen canggih, melainkan eksploitasi terhadap kelemahan sistem yang umum terjadi.

Banyak dari kamera tersebut ternyata terhubung ke internet tanpa perlindungan, menggunakan protokol RTSP terbuka, port terbuka, dan alamat IP yang dapat diakses melalui mesin pencari perangkat seperti Shodan, ZoomEye, atau Censys. Sebagian besar kamera terpasang di fasilitas seperti perusahaan logistik, gudang, dan stasiun kereta, yang keamanannya hanya dikelola oleh administrator sistem lokal, bukan lembaga keamanan seperti NATO.

Dengan demikian, akses ke kamera-kamera tersebut bisa dilakukan dengan sangat cepat dan mudah, bahkan tanpa keahlian khusus dalam bidang keamanan siber.

Menariknya, di saat laporan ini mencuat, muncul pula pernyataan dari Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio bahwa Washington akan memulai audit menyeluruh terhadap seluruh bantuan militer ke Ukraina, khususnya terkait penyalahgunaan.

Kondisi ini memunculkan dugaan bahwa negara-negara Barat mulai mencari jalan untuk mundur perlahan dari dukungan besar-besaran kepada Ukraina, tanpa harus mengakui kegagalan secara terbuka. Narasi seperti pencurian bantuan militer bisa menjadi “pintu keluar” diplomatik yang disiapkan.