Beirut, Lebanon – Ketegangan di kawasan Timur Tengah kembali memanas setelah Israel melancarkan serangan udara di Lebanon selatan. Menurut laporan dari The Jerusalem Post, serangan ini menargetkan basis-basis kelompok Hizbullah, yang selama ini dikenal sebagai salah satu kekuatan milisi utama di Lebanon. Militer Israel menyatakan bahwa operasi tersebut bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah, yang mereka anggap sebagai ancaman keamanan yang meningkat di perbatasan.
Pemimpin Hizbullah memberikan tanggapan tegas, menyebut serangan ini sebagai tindakan yang “belum pernah terjadi sebelumnya” dan menyatakan bahwa situasi ini telah memasuki “keadaan perang”. “Kami tidak akan tinggal diam terhadap agresi ini. Kami siap merespons dengan cara yang sesuai,” ujarnya dalam pidato yang disiarkan di media lokal.
Sementara itu, rekaman dampak serangan dari berbagai kota di Lebanon selatan telah beredar luas di media sosial, memperlihatkan kehancuran pada sejumlah bangunan dan infrastruktur. Warga sipil dilaporkan panik, dan beberapa daerah mengalami evakuasi massal.
Serangan ini menambah ketegangan yang sudah berlangsung lama antara Israel dan Hizbullah, yang kerap terlibat bentrokan sporadis selama beberapa dekade terakhir. Namun, kali ini, retorika yang lebih keras dari kedua belah pihak memicu kekhawatiran bahwa eskalasi lebih besar dapat terjadi dalam waktu dekat.
Pihak internasional, termasuk PBB, menyerukan penahanan diri dari kedua belah pihak guna menghindari konflik yang lebih luas di kawasan tersebut.